Seorang Dokter di Jakarta memberi pernyataan bahwa : Olahraga dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti Diabetes melitus, hypertensi, karena olah raga dapat menimbulkan ’stress oksidatif’ atau kerusakan jaringan terutama pada jaringan yang digerakkan saat olahraga. Selama berolahraga, konsumsi oksigen manusia dapat meningkat 10-15 kali. Dari jumlah oksigen yng terkonsumsi, 90-95 persen akan diubah menjadi air, sedangkan sisanya dapat berubah menjadi senyawa oksigen reaktif (SOR). Dari hasil penelitian diketahui, beberapa SOR yang terdapat di dalam tubuh adalah radikal bebas.
Dalam jumlah normal SOR bermanfaat bagi tubuh, misalnya untuk membunuh mikrobia patogen dan mengatur pertumbuhan sel. Namun, apabila berlebihan dan pertahanan antioksidan tubuh kurang memadai, maka akan menyebabkan stres oksidatif atau kerusakan jaringan-jaringan tubuh. Dampaknya memang tidak instan, tapi nanti 10-20 tahun lagi. Kita juga sering mendengar adanya olahragawan yang dihari tuanya justru terkena penyakit jantung. Atlet lari sprint, atau atlet angkat berat/angkat besi, beresiko menderita osteoarthrisis pada sendi penopang berat tubuh (pangkal paha, lutut, tumit), karena aktivitas pembebanan yang berlebih pada bagian tersebut.
Dalam jumlah normal SOR bermanfaat bagi tubuh, misalnya untuk membunuh mikrobia patogen dan mengatur pertumbuhan sel. Namun, apabila berlebihan dan pertahanan antioksidan tubuh kurang memadai, maka akan menyebabkan stres oksidatif atau kerusakan jaringan-jaringan tubuh. Dampaknya memang tidak instan, tapi nanti 10-20 tahun lagi. Kita juga sering mendengar adanya olahragawan yang dihari tuanya justru terkena penyakit jantung. Atlet lari sprint, atau atlet angkat berat/angkat besi, beresiko menderita osteoarthrisis pada sendi penopang berat tubuh (pangkal paha, lutut, tumit), karena aktivitas pembebanan yang berlebih pada bagian tersebut.
Pernyataan itu bila tanpa penjelasan lebih lanjut dapat membuat orang malas olahraga, karena itu perlu kita cermati adanya kata ‘apabila (olahraga itu) berlebihan’. Nah, masalahnya adalah : seberapa ukuran satu sesie olahraga itu dianggap cukup, tidak berlebihan, yang di kemudian hari justru dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Perlu kiranya kita bedakan dua jenis olahraga, yaitu yang pertama adalah olahraga yang dilakukan para atlet sebagai suatu kegiatan sport untuk mencapai prestasi maximal, agar dapat menjadi yang terbaik dalam suatu kompetisi atau perlombaan. Karena itu kegiatan rutin latihan para atlet adalah memacu kemampuan tubuh semaksimal mungkin, yang diperlukan untuk cabang olahraga yang diikuti. Yang kedua adalah olahraga yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, yang tentu dalam latihan sehari-hari tidak diperlukan latihan yang berlebihan, sehingga bukannya kebugaran yang diperoleh, tetapi justru ‘over trained’ yang berakibat kelelahan/kelesuan berkepanjangan.
Para atlet olahraga, akan melatih diri dengan olahraga rutin yang semaksimal mungkin, bahkan tidak jarang yang menambah konsumsi suplemen yang membahayakan tubuh dengan berbagai suplemen yang tergolong sebagai ‘doping’ untuk memaksimalkan kekuatan, pertumbuhan otot yang lebih besar dan lain sebagainya. Bagi atlet yang ‘jujur’ tidak pernah menggunakan suplemen doping-pun, kerusakan degeneratif organ tubuh tertentupun dapat dialami akibat latihan rutin yang berlebihan yang dijalaninya dalam jangka panjang. Misalnya kerusakan pada persendian utama / osteoartrisis pada pinggul, lutut dan tumit, rentan dialami oleh para atlet cabang olahraga sprint (lari cepat jarak pendek), angkat besi, olah raga permainan yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan kaki, misalnya bulu tangkis. Gangguan pada Jantung, tidak sedikit dialami para mantan atlet, karena selama menjalani kariernya sebagai atlet, jantung selalu dipacu berdetak lebih cepat semaksimal mungkin, sehingga tidak terlalu aneh bilamana pada jangka panjang akan mengalami kelelahan (fatigue) pada jantung.
Masalahnya adalah seberapa batasan berlebihan dalam olahraga itu yang justru dapat memicu penyakit degeneratif ?
Olahraga sebagai suatu latihan (exercise) untuk kesehatan dan kebugaran itu tujuannya agar Kekuatan (strengthen), kelenturan (elasticity), dan daya tahan/stamina (endurance) tubuh tetap terjaga baik, walaupun usia terus bertambah.
Untuk memperoleh itu, olahraga harus dilakukan dengan Frekwensi yang teratur, Intensitasnya terukur, tidak berlebihan, dan tiap sesie dilakukan dalam durasi / tempo tertentu. (F.I.T.). Frekwensi teratur, yaitu dalam satu minggu olahraga rutin 3-5 kali, karena harus ada tenggang waktu untuk istirahat. Intensitas tiap sesie olahraga diukur dengan memantau detak nadi di pergelangan tangan kiri setiap akhir latihan, yaitu mencapai 70-80% dari detak nadi maksimal/menit. Detak nadi maksimal adalah 220 - usia. Tempo atau durasi tiap latihan adalah antara ½ - 1 jam.
Itulah batasan latihan olahraga agar memperoleh kebugaran tubuh, dan bahkan dapat mencegah serta melengkapi pengobatan berbagai penyakit degeneratif. Banyak penyakit yang penyembuhan atau pengendaliannya bukan hanya dengan minum obat saja, tetapi harus dengan latihan olah raga yang sesuai dengan kondisi individual masing-masing. Penyakit Diabetes mellitus/gula darah tinggi, Jantung koroner, hyper kolesterol, penguatan tulang yang mulai keropos / osteoporosis, adalah beberapa penyakit yang harus menyertakan olahraga sebagai upaya pengendaliannya. Dengan melatih jantung untuk berdetak hingga 70 %, maka otot jantung terlatih menjadi lebih kuat, karena pada kondisi normal jantung hanya berdetak kurang lebih 50% dari kemampuan maksimal. Latihan olahraga juga mempercepat pembakaran kalori yang berlebih sehingga tidak menumpuk menjadi lemak, disamping olahraga lebih meningkatkan sensitifitas insulin yang membantu proses penyerapan energy, dan ini sangat diperlukan oleh penderita diabetes melitus. Tulang yang berkurang kepadatannya sehingga rapuh dan mudah patah, bukan hanya perlu meningkatkan asupan kalsium, tetapi juga perlu proses pemadatan, dan ini hanya dapat dilakukan dengan latihan pembebanan, antara lain berjalan kaki. Olahraga juga meningkatkan pengeluaran hormon endorphin, yang memicu rasa senang, gembira, dengan demikian mudah mengatasi stress, yang bila berlebihan akan mempengaruhi kinerja jantung, tekanan darah.
Frekwensi olahraga juga harus cukup, yaitu : 3-5 kali seminggu. Olahraga yang seperti sering kita lihat di hari Minggu, banyak rombongan berseliweran orang bersepeda dengan perlengkapan pakaian dan sepeda yang indah dan mahal. Kegiatan itu bagus juga, tetapi kalau hanya dilakukan seminggu sekali, nilainya lebih sebagai rekreasi daripada sebagai suatu latihan untuk membuat tubuh terjaga dan meningkatkan SEE (Strengthen, Elasticity dan Endurance).
Jadi olah raga yang dilakukan dengan cukup dan terukur untuk kondisi individual masing-masing, sangat berguna untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Tetapi bilamana Anda berolahraga untuk mengejar prestasi maksimal, dengan latihan yang berlebihan, padahal kondisi tubuh tidak mendukung, memang Anda harus siap menghadapi resiko berbagai penyakit, paling tidak dalam jangka panjang nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar